Start dari
Purwokerto, kali ini destinasinya adalah Surabaya. Ada meeting yang harus di
gelar di Kompleks Bratang Gede, dekat Stasiun KA Wonokromo. Jam setengah tiga
uput-uput, kita bertiga meluncur aku, Hilmy dan Mas Hendro dengan Avanza silver
Plat H.
Dengan kondisi
jalanan yang lengang, via Buntu, Gomong dan Kebumen, saat adzan shubuh
berkumandang pas kita memasuki Kutoarjo. Di Masjid kuno nan antik yang
arsitekturnya mirip Masjid Ageng "Nur Sulaiman" di Kota Lama Banyumas
inilah kita menunaikan Sholat Shubuh.
Setelah terjadi
serah-terima kunci yang menandai pergantian driver dari Mas Hendro ke aku,
perjalanan dilanjutkan, masuk Jogja melalui Pasar Gamping, terus ambil jalur
yang lurus untuk masuk ke Ring Road utara. Sebelum meninggalkan Jogja, kita
sempat mampir ke daerah Jalan Kaliurang bawah, ke Mahendra Bayu, kosannya
Melyn. Ngapain mampir, sarapan? ah enggak, cuma ambil tas doank.
![]() |
Rute Purwokerto hingga Madiun |
Sarapan baru bisa
dicapai di daerah Sragen, itu terjadi sekitar jam 08.30. Kunci kembali
dipindahtangankan ke Mas Hendro, Hilmy pindah ke bangku navigator dan aku mapan
di belakang, tidur... zzzzztt.......
Sekitar Jam 11,
sampailah kita di kota tempat INKA berdiri : Madiun. Wah ternyata, di Madiun
banyak pabrik gula tebu tua euy. Menuju pusat kota Madiun, kita akan menjumpai
Kompleks Bandara Iswahyudi, luas sekali kompleksnya... Dan yang menarik
perhatian adalah tulisan di gapura selamat datangnya : MADIUN KOTA GADIS. Wah,
bisa cuci mata nih disini, pikirku & Hilmy yang sama-sama masih jomblo saat
itu. *sekarang juga masih...
Tapi akhirnya kita
harus memupuskan harapan setelah mendengarkan penjelasan dari Andra, kalau
"GADIS itu singkatan mas : Perdagangan dan Industri", kata dia.
Selesai mandi-mandi,
tibalah saatnya mendapat traktiran makan. Pecel Madiun adalah makanan khas
sini, tapi sayang karena waktu itu ibu penjual pecel terkenal yang tetangganya
Andra enggak jualan, jadi daripada huntin pecel kemana-mana, akhirnya kita makan
Sate di depan Carefour Madiun. Sate Ayam Pak Tukri, cabang Ponorogo. Mantep
tenan sate ini, ayamnya ditusuk pipih, mana gedhe-gedhe pula. Dijamin
kenyanglah, buat yang sudah tiga hari lupa enggak makan sekalipun.
![]() |
Mas Hendro, Hilmy & Andra |
![]() |
Sate Ayam Ponorogo Pak Tukri, gedhe si, tapi rela bagi-bagi... |
Lepas Madiun kita
lanjutkan perjalanan, sebelum melanjutkan perjalanan ada pesan dari Andra :
Nanti selepas madiun ada hutan, namanya Hutan Saradan, disini polisinya
ganas-ganas, pokoknya patuhi marka saja kalau mau selamat.
Dan betul, memang
setelah jalan raya Madiun diakhiri oleh Terminal Caruban dan Rumah Makan
Sederhana biasa Bus Rosalia Indah mempersilahkan penumpangnya makan,
selanjutnya yang ada tinggallah hutan yang beberapa kali diselangi oleh
perlintasan kereta api.
Di hutan ini memang
kadang kelihatan jalanan terlihat mulus dan lengang, tapi perhatikan marka di
tengah bentuknya lurus, tidak putus-putus, hati-haji, jangan bernafsu untuk
menyalip ya. Begitu juga di sisi kiri, ada jalur agak lebar, itu bukan dua
jalur, itu adalah bahu jalan. Mendahului dari sebelah kiri bisa brakibat
ditilang polisi.
![]() |
Rute Madiun sampai Surabaya |
Lewat Ngawi,
Jombang, Mojokerto dan akhirnya sampailah kita di Surabaya. Sebelum ke lokasi,
kita sempat berhenti di SPBU dekat Stasiun KA Wonokromo, ada Dewa, anak
Surabaya teman di YLS menghampiri kita.
![]() |
SPBU sebelum kompleks Bratang Gede |
Selesai acara,
rencana kita akan bermalam di Grand Al Akbar alias Masjid Al Akbar Surabaya,
tapi sayang, masjid sudah steril, walaupun besar, tapi kosong. Sebetulnya kalau
belum terlalu letih, pilihan untuk nongkrong ngopi-ngopi di sekitar masjid bisa
menjadi pilihan, kuliner kaki lima bertebaran di sekitar Masjid terbesar di
Asia Tenggara itu *sebelum akhirnya dikalahkan kebesarannya oleh MAJT (Masjid
Agung Jawa Tengah
Di hari berikutnya,
sebelum memulai agenda pertama yang akan berlangsung jam 09.00, kita hunting
sarapan dulu. Taman Bungkul yang direferensikan oleh Hurin jadi pilihan,
mungkin kita datang kepagian, belum juga jam 7, makanya banyak tenda-tenda
makanan & minuman belum tapi tidak ada yang dijual dan tidak ada
penjualnya.
Ada nasi pecel,
kalau di Madiun kemarin ketemu Sate Ayam Ponorogo, ini nasi pecel juga nasi
pecel ponorogo. Murah, sudah dengan lauk
dan krupuk seporsinya 6.000an. Dagangan nasi pecel ponorogo ini juga disajikan
higienis, di atas tampah dan perabot yang bersih dengan menggunakan APV hitam
yang mangkal di pojokan taman Bungkul ini. Pembelinya juga rame, beberapa
bermobil… termasuk kita, hehe…
Taman Bungkul adalah
sebuah makam ulama yang dikeramatkan oleh warga, tapi kemudian agar tidak
wingit oleh pemerintah daerah didukung oleh Telkom Indonesia dibangun menjadi
taman kota bernuansa Garden, letaknya tidak jauh dari Kebun Binatang Surabaya.
Siang hari kita
meluncur ke kota yang menjadi destinasi kita selanjutnya : Jombang. Acaranya
adalah Kunjungan Lapangan ke daerah Kesamben. Jombang adalah kota yang unik,
kota yang isinya banyak sekali pesantren. Keunikan lainnya adalah, pohon kelapa
tidak tumbuh di kabupaten ini. Konon katanya dulu pernah ada virus yang pernah
memusnahkan semua populasi kelapa, dan sekarang anak cucu virus itu mungkin
masih.
Sebelum meninggalkan
Surabaya menuju Jombang, Pak Slamet sempat mentraktir kita makan siang : Nasi
Rawon. Ke Surabaya masa enggak makan Rawon kan enggak lucu.
![]() |
Perjalanan Menuju Kesamben, Jombang |
Di Jombang sampai
sekitar jam 13.30, agenda kita selesai, tapi masih ada bonus field trip dari
Pak Slamet, konsultan PTPN XIII Banyuwangi itu. Kita diajak ke Kediri. Disana
ada Pabrik Gula tradisional, di daerah Pare.
Kita ke daerah dimana orang-orang masih tinggal di rumah dengan model
bangunan dan umur bangunan yang kelihatannya sudah sangat tua, tapi kokoh.
![]() |
Tugu Taman Kota Kediri, Berasa di Eropa euy.. |
Selesai kunjungan dari Kediri, agenda selanjutnya adalah : Pulang. Untuk pulang ke Purwokerto, tinggal mlipir-mlipir saja Ngawi bagian Barat, kita akan sampai lagi di Hutan Saradan jalur untuk berangkat kemarin. Lalu akan ketemu pinggiran kota Madiun, Sragen dan tibalah kita di Solo.
Sekitar jam 21.00
kita sampai di Solo, Nasi Liwet jadi buruan. Setelah santap malam Nasi liwet
itu, perjalanan dilanjut bablas ke Purwokerto, dengan transit sekali untuk sholat di Mushola RM Ambar Ketawang,
Jogja dan sekali untuk istirahat di Warung Makan Karanganyar, Kebumen.
48 Jam sudah berlalu
dari saat keberangkatan Purwokerto-Surabaya via Jalur Tengah tanggal 24-25
Januari 2012 kemarin. Lain kali perlu nih kayaknya mencoba Jalur Utara, via
Bojonegoro-Gresik juga Jalur Selatan, Pacitan-Jember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar