Senin, 20 Februari 2012

Surabaya via Jalur Tengah

Start dari Purwokerto, kali ini destinasinya adalah Surabaya. Ada meeting yang harus di gelar di Kompleks Bratang Gede, dekat Stasiun KA Wonokromo. Jam setengah tiga uput-uput, kita bertiga meluncur aku, Hilmy dan Mas Hendro dengan Avanza silver Plat H.

Dengan kondisi jalanan yang lengang, via Buntu, Gomong dan Kebumen, saat adzan shubuh berkumandang pas kita memasuki Kutoarjo. Di Masjid kuno nan antik yang arsitekturnya mirip Masjid Ageng "Nur Sulaiman" di Kota Lama Banyumas inilah kita menunaikan Sholat Shubuh. 

Setelah terjadi serah-terima kunci yang menandai pergantian driver dari Mas Hendro ke aku, perjalanan dilanjutkan, masuk Jogja melalui Pasar Gamping, terus ambil jalur yang lurus untuk masuk ke Ring Road utara. Sebelum meninggalkan Jogja, kita sempat mampir ke daerah Jalan Kaliurang bawah, ke Mahendra Bayu, kosannya Melyn. Ngapain mampir, sarapan? ah enggak, cuma ambil tas doank.

Rute Purwokerto hingga Madiun

Sarapan baru bisa dicapai di daerah Sragen, itu terjadi sekitar jam 08.30. Kunci kembali dipindahtangankan ke Mas Hendro, Hilmy pindah ke bangku navigator dan aku mapan di belakang, tidur... zzzzztt.......

Sekitar Jam 11, sampailah kita di kota tempat INKA berdiri : Madiun. Wah ternyata, di Madiun banyak pabrik gula tebu tua euy. Menuju pusat kota Madiun, kita akan menjumpai Kompleks Bandara Iswahyudi, luas sekali kompleksnya... Dan yang menarik perhatian adalah tulisan di gapura selamat datangnya : MADIUN KOTA GADIS. Wah, bisa cuci mata nih disini, pikirku & Hilmy yang sama-sama masih jomblo saat itu. *sekarang juga masih...

Tapi akhirnya kita harus memupuskan harapan setelah mendengarkan penjelasan dari Andra, kalau "GADIS itu singkatan mas : Perdagangan dan Industri", kata dia. 

Selesai mandi-mandi, tibalah saatnya mendapat traktiran makan. Pecel Madiun adalah makanan khas sini, tapi sayang karena waktu itu ibu penjual pecel terkenal yang tetangganya Andra enggak jualan, jadi daripada huntin pecel kemana-mana, akhirnya kita makan Sate di depan Carefour Madiun. Sate Ayam Pak Tukri, cabang Ponorogo. Mantep tenan sate ini, ayamnya ditusuk pipih, mana gedhe-gedhe pula. Dijamin kenyanglah, buat yang sudah tiga hari lupa enggak makan sekalipun.


Mas Hendro, Hilmy & Andra


Sate Ayam Ponorogo Pak Tukri, gedhe si, tapi rela bagi-bagi...

Lepas Madiun kita lanjutkan perjalanan, sebelum melanjutkan perjalanan ada pesan dari Andra : Nanti selepas madiun ada hutan, namanya Hutan Saradan, disini polisinya ganas-ganas, pokoknya patuhi marka saja kalau mau selamat. 

Dan betul, memang setelah jalan raya Madiun diakhiri oleh Terminal Caruban dan Rumah Makan Sederhana biasa Bus Rosalia Indah mempersilahkan penumpangnya makan, selanjutnya yang ada tinggallah hutan yang beberapa kali diselangi oleh perlintasan kereta api.

Di hutan ini memang kadang kelihatan jalanan terlihat mulus dan lengang, tapi perhatikan marka di tengah bentuknya lurus, tidak putus-putus, hati-haji, jangan bernafsu untuk menyalip ya. Begitu juga di sisi kiri, ada jalur agak lebar, itu bukan dua jalur, itu adalah bahu jalan. Mendahului dari sebelah kiri bisa brakibat ditilang polisi.

Rute Madiun sampai Surabaya

Lewat Ngawi, Jombang, Mojokerto dan akhirnya sampailah kita di Surabaya. Sebelum ke lokasi, kita sempat berhenti di SPBU dekat Stasiun KA Wonokromo, ada Dewa, anak Surabaya teman di YLS menghampiri kita.


SPBU sebelum kompleks Bratang Gede
Selesai acara, rencana kita akan bermalam di Grand Al Akbar alias Masjid Al Akbar Surabaya, tapi sayang, masjid sudah steril, walaupun besar, tapi kosong. Sebetulnya kalau belum terlalu letih, pilihan untuk nongkrong ngopi-ngopi di sekitar masjid bisa menjadi pilihan, kuliner kaki lima bertebaran di sekitar Masjid terbesar di Asia Tenggara itu *sebelum akhirnya dikalahkan kebesarannya oleh MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah

Di hari berikutnya, sebelum memulai agenda pertama yang akan berlangsung jam 09.00, kita hunting sarapan dulu. Taman Bungkul yang direferensikan oleh Hurin jadi pilihan, mungkin kita datang kepagian, belum juga jam 7, makanya banyak tenda-tenda makanan & minuman belum tapi tidak ada yang dijual dan tidak ada penjualnya.

Ada nasi pecel, kalau di Madiun kemarin ketemu Sate Ayam Ponorogo, ini nasi pecel juga nasi pecel ponorogo.  Murah, sudah dengan lauk dan krupuk seporsinya 6.000an. Dagangan nasi pecel ponorogo ini juga disajikan higienis, di atas tampah dan perabot yang bersih dengan menggunakan APV hitam yang mangkal di pojokan taman Bungkul ini. Pembelinya juga rame, beberapa bermobil… termasuk kita, hehe…

Taman Bungkul adalah sebuah makam ulama yang dikeramatkan oleh warga, tapi kemudian agar tidak wingit oleh pemerintah daerah didukung oleh Telkom Indonesia dibangun menjadi taman kota bernuansa Garden, letaknya tidak jauh dari Kebun Binatang Surabaya.


Taman Bungkul
Jalan Raya didepan Taman Bungkul
Siang hari kita meluncur ke kota yang menjadi destinasi kita selanjutnya : Jombang. Acaranya adalah Kunjungan Lapangan ke daerah Kesamben. Jombang adalah kota yang unik, kota yang isinya banyak sekali pesantren. Keunikan lainnya adalah, pohon kelapa tidak tumbuh di kabupaten ini. Konon katanya dulu pernah ada virus yang pernah memusnahkan semua populasi kelapa, dan sekarang anak cucu virus itu mungkin masih.

Sebelum meninggalkan Surabaya menuju Jombang, Pak Slamet sempat mentraktir kita makan siang : Nasi Rawon. Ke Surabaya masa enggak makan Rawon kan enggak lucu.


Perjalanan Menuju Kesamben, Jombang
Di Jombang sampai sekitar jam 13.30, agenda kita selesai, tapi masih ada bonus field trip dari Pak Slamet, konsultan PTPN XIII Banyuwangi itu. Kita diajak ke Kediri. Disana ada Pabrik Gula tradisional, di daerah Pare.  Kita ke daerah dimana orang-orang masih tinggal di rumah dengan model bangunan dan umur bangunan yang kelihatannya sudah sangat tua, tapi kokoh.


Rumah Pemukiman Warga di salah satu sisi daerah di Pare, Kediri
Tugu Taman Kota Kediri, Berasa di Eropa euy..


Selesai kunjungan dari Kediri, agenda selanjutnya adalah : Pulang. Untuk pulang ke Purwokerto, tinggal mlipir-mlipir saja Ngawi bagian Barat, kita akan sampai lagi di Hutan Saradan jalur untuk berangkat kemarin. Lalu akan ketemu pinggiran kota Madiun, Sragen dan tibalah kita di Solo. 
Sekitar jam 21.00 kita sampai di Solo, Nasi Liwet jadi buruan. Setelah santap malam Nasi liwet itu, perjalanan dilanjut bablas ke Purwokerto, dengan transit sekali  untuk sholat di Mushola RM Ambar Ketawang, Jogja dan sekali untuk istirahat di Warung Makan Karanganyar, Kebumen.

48 Jam sudah berlalu dari saat keberangkatan Purwokerto-Surabaya via Jalur Tengah tanggal 24-25 Januari 2012 kemarin. Lain kali perlu nih kayaknya mencoba Jalur Utara, via Bojonegoro-Gresik juga Jalur Selatan, Pacitan-Jember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar