Senin, 26 Maret 2012

2nd Day IYCS : Gedung Merdeka

Wisma Depsos jam 5 pagi lampu tiap-tiap kamar sudah terang benderang, yang masih gelap terima saja nasibnya digedor-gedor panitia. Ya, semua peserta riang gembira, dengan berngantuk-ngantuk ria, ganti baju dan gosok gigi, tanpa didahului mandi menuju ke bus-bus yang standby di parkiran. Pagi ini kita janjian dengan Pa Dahlan Iskan, meneg BUMN, beliau mengajak kita jogging bareng di Lapangan Sabuga ITB.

Paling seperempat jam bus keluar dari wisma, sudah sampai kita di Lapangan. Wah, Pa Dahlan udah ada disitu duluan. Karena Pa Dahlan tau kita-kita Observer & Changemaker yang masih muda-muda ini adalah manusia-manusia didikan zaman yang ultrarasional, maka sebelum beliau mengajak kita olahraga pagi, terlebih dahulu briefing dan melontarkan pertanyaan kuis : apakah olahraga itu? Semua lontaran jawaban tidak ada yang memuaskan hati Pa Dahlan, akhirnya pertanyaan kuis diubah : siapa yang bisa menirukan definisi olahraga persis seperti yang saya katakan? "Olahraga adalah gerak badan yang mengakibatkan jantung berdetak 115 kali terus menerus selama 10 menit.



Teet... dari beberapa yang mencoba menjawab, hanya satu cewe yang bisa persis, dan dikasihlah 250.000 hadiah kuis langsung dari Pa Dahlan. Asyeeek...

Oke, Pa Dahlan jadi salah satu pembicara IYCS kali ini bicara tanpa mimbar, kita dialog sambil lari pagi dua kali keliling lapangan, disela dengan aerobik dan dilanjutkan dengan tanya jawab santai lebih kurang 45 menit. Selesai acara, seperti biasa kalau ketemu orang besar yang aku lakukan adalah melipir-melipir sampai bisa ngobrol dengan orang itu, termasuk kali ini, dari lapangan aku tempeli terus itu Pa Dahlan dan akhirnya aku bisa punya kesempatan ngobrol walau paling cuma 45 detik sebelum beliau dibukakan pintu mobil oleh ajudannya. Bukan mobil dinas pelat merah yang beliau pakai waktu itu, tapi mercy pelat hitam L 1 JP.



Selesai olahraga pagi, saatnya kembali ke wisma, mandi dan sarapan. Agenda pertama hari itu adalah tour museum di Museum Konperensi Asia-Afrika yang letaknya tidak jauh dari Masjid Agung Kota Bandung. Selesai museum tour, agenda summit dimulai, tempatnya di Gedung Merdeka yang merupakan aula dari museum.




Sambutan Kepala Museum KAA Pa Isman, mantap mengawali acara ini. Pengetahuan beliau tentang sejarah luar biasa, di sore hari sempat aku bincang-bincang dibelakang sampai 1 jam ada, wah ketahuan deh koleksi ilmu sejarah beliau bukan cuma lengkap tapi juga "berani", banyak rahasia-rahasia sejarah yang tidak diumumkan ke publik selama ini beliau tahu.



Contohnya adalah sejarah garuda pancasila, selama ini banyak orang Islam fundamental anti pancasila, padahal, pancasila adalah hasil siasat para ulama agar bagaimana nilai-nilai Islam dikemas dalam bahasa yang universal sehingga tidak menyinggung agama-agama lainnya, tapi nilai-nilainya tetap dapat diterapkan. Ini berkebalikan dengan misi penjajah Islam jaman sekarang, dimana simbol-simbol Islam ditonjol-tonjolkan, tapi nilai-nilainya disingkirkan. Kalau mau tahu lebih jelas, silahkan cari Pak Kepala Museum ya, atau Contact nya aku ada.


Setelah pemutaran video Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank, Keynote speker selanjutnya adalah Anies Baswedan. Beliau tampil setelah Goris Mustaqim sang ketua panitia selesai memberikan sambutan. Goris dan Anies memberi pesan tentang : jadilah manusia yang organik, tetaplah menjadi manusia yang organik. Yah, organik yang dimaksud persis dengan yang akhir-akhir ini sering aku, hilmy & teman-teman diskusikan yakni tentang menjaga otentisitas diri.


Ya, organik itu maksudnya otentik. Modalitas kita misalnya musikal, tapi karena tuntutan sosial maka jadi pegawai bank, tidak ada penyaluran musikal lagi, nah itu berarti tidak otentik lagi diri kita. Kalau kita lebih suka salad ketimbang pecel, lebih memilih mayonaise ketimbang sambel pecel, otentisias diri kita dipertanyakan.

Sesi selanjutnya adalah diskusi panel. Panelisnya adalah : Sandiaga Uno, Tri Mumpuni dan satu orang dari pihak sponsor, yakni Bank Mandiri. Terus terang model seperti inilah yang tidak aku suka. Mentang-mentang dia sponsor, lalu dengan seenaknya dia ikut menjadi bagian dari acara. Sekalipun disambung-sambungkan agaknya nyambung, tapi tetap saja, itu merusak otentisitas acara. Ini kali ketiga aku ikut acara dan sponsor ikut nimbrung mengepas-pas kan materi : 1. Kumpul Blogger di Malang, 2. Pesta Wirausaha TDA di Jakarta, 3. IYCS ini. Ini mirip seperti panggung OVJ yang mentang-mentang disponsori oleh motor, maka ada motor nangkring di panggung padahal enggak ada hubungannya dengan materi.


Break siang, mantep. Mantep apanya? menunya. Acara gratisan bisa menyediakan konsumsi semewah dan sekomplit ini, top abis lah untuk panitia.

Selesai sesi, diselingi perform dari Jubing Kristianto, acara dilanjutkan dengan diskusi panel kedua. Inilah puncak acara IYCS menurutku, tiga speakernya muantep luar biasa : 1. Bang Onte, 2. Lendo Novo, 3. Jokowi.
 

Jokowi adalah satu-satunya pembicara yang mendapat standing ovesion sampai beberapa menit. Ya, jejak kiprah leadership yang beliau torehkan memang tidaklah remeh. Bayangkan saja 17 pasar tradisional ia bangun menjadi semi mal, dan kesemua lapaknya oleh Pemda dihibahkan, bukan dijual/disewakan kepada pedagang. Pemda mana yang berani begitu? Maka kalau kemarin-kemarin Pa Jokowi melontarkan gagasan mau meremajakan Kopaja setelah jadi DKI 1 dengan model menghibahkan bus, ya pasti Hanya Jokowi yang berani.

Dari turun panggung sampai ke ruang press conference sampai keluar gerbang Gedung Merdeka aku melipir terus itu Pa Jokowi, alhamdulillah dapat kesempatan dialog beberapa patah topik juga. Malahan, aku didikte nomer hp pribadi beliau saat aku minta. Sayang di sayang, nomor tersebut bisa ditelepon, tapi kok tidak pernah di angkat yah? hihihi

Acara di gedung merdeka berlangsung sampai malam. Selepas maghrib, acara adalah diskusi dengan metode "Open Space" yang difasilitatori oleh Mas Fajar dan Mba Dhika dari British Council Indonesia. Aku karena kurang nyaman dengan rumitnya metode, dan nuansa "Barat" nya kental banget, beda dengan model musyawarah-mufakat otentik gaya Indonesia, maka memilih tidak ikut ah. Aku habiskan saja ngobrol-ngobrol dengan pemenang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang juga ikut jadi bagian dari kelompk Changemaker, ngobrol dengan beberapa changemaker yang sama-sama ogah ikut Open Space dan terakhir ngobrol dengan Pa Lendo Novo, mantan dirjen di kementerian BUMN yang rela meninggalkan kemewahan dan iming-iming uang milyaran dan kini rela kemana-mana naik angkutan umum, dialah penggagas outbond untuk anak-anak dan pendiri ribuan sekolah alam di Indonesia.


Acara selesai sekitar jam 10 malam. Dilanjut pulang ke wisma. Di wisma yang cukup nyaman, sekamar juga cuma berdua-dua, namanya anak muda, tidak langsung tidurlah kita. Ngobrol-ngobrol di lobi membahas ini itu dari yang penting sampai yang remeh temeh bareng teman-teman observer dari daerah-daerah yang berbeda-beda dari seluruh Indonesia.

Di event ini aku kenal banyak teman-teman dari berbagai penjuru, Kang Santri dari Papua, Arben dari Ambon, Thea dari Makasar, teman-Agus dari Lombok, Siti dari Palangkaraya, Mujahid & Jibril dari Malang, Mba Ning dari Solo, Tika dari Undip, Ayu dari Unnes, teman-teman dari ITT & ITB, dari Jakarta, dari Serang, dari Lampung, dari Belitung, Irna dari Jambi, Deni Koto dari Padang dan teman sekamarku sendiri, Sigit dari Medan, tapi kuliahnya si di IPB, ya adik kelas lah. Hihi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar