Senin, 26 Maret 2012

3rd Day IYCS : Gedung Indonesia Menggugat & Gedung Sate


Hari kedua kita move ke Gedung Indonesia Menggugat, letaknya tidak jauh dari Stasiun Bandung. Pertama kali mendengar nama gedung ini ketika aku dan hilmy main ke rumah Pa Taufik Rahzen di Baturraden, Banyumas, waktu itu beliau bercerita tentang bagaimana mengembangkan sebuah kota menjadi kawasan wisata, termasuk wisata sejarah. Dan Gedung Indonesia Menggugat ini salah satu yang Pa Rahzen dirikan.



Gedung Indonesia Menggugat didirikan dengan semangat mengenang pidato pembelaan Bung Karno "Indonesia Menggugat", dimana momentum itu adalah moment pertama kali eksistensi sebutan "Indonesia" diakui sebagai sebuah entitas, karena sebelumnya masih menggunakan nama Hindia-Belanda, dll.

Sesi pertama kurang menarik, sebenarnya bagus, share dari beberapa changemaker tentang visi misi dan prestasi komunitasnya, tapi entahlah, aku kok bosan yah. Selesai sesi itu, selanjutnya adalah makan siang. Selesai makan siang acara makin memanas, yakni pembacaan text sumpah pemuda yang kata panitia disebut sebagai sumpah pemuda jilid II.

Kenapa memanas, karena ada beberapa pendapat yang berseberangan, panitia menghendaki ini dijadikan puncak acara. sedangkan beberapa peserta tidak mau bersumpah, karena naskah sumpah sudah disusunkan oleh sterring comitee. Pada saat makan siang, aku sengaja menimbrungi kang Asep Kambali, sejarahwan muda pendiri komunitas Historia. Nah, disinilah kita ramai-ramai membahas bahwa draft sumpah ini tidak bisa disejajarkan dengan text sumpah pemuda 1928. Kenapa?

1. Karena dalam text sumpah pemuda, tidak ada kata "sumpah" satupun. Adanya adalah "mengaku", "mengaku" dan "menjunjung".
2. Pemilihan kata kerja dalam text sumpah pemuda jilid dua dianggap tidak definitif

Dan lagi, ya jangan sembarangan lah kita bersumpah, sumpah itu kan ada konsekuensinya.

Banyak diantara teman-teman yang tidak mau ikut bersumpah, termasuk aku. Tapi itu tidak menjadi soal, semangat persatuan memang dijunjung tinggi di event itu, panitia juga membolehkan. Akan tetapi di ujung acara aku baru faham, bahwa ini bukan sumpah beneran kok, ini adalah sebuah festival sumpah. Buktinya, sebelum pembacaan sumpah, diawali dengan penampilan puisi dan teater, dan setelah sumpah juga dilanjutkan dengan nyanyi-nyanyi.

Kalau sumpah beneran, pasti suasananya mencekam beneran karena kondisinya memang serius, bukan di dramatisasi dengan puisi, teater dan nyanyian. Itulah kenapa aku mengusulkan dua hal ini :

1. Nama IYCS untuk penyelenggaraan berikutnya diubah menjadi IYCF, atau Indonesia Young Changemaker Festival. Karena sebagai sebuah festival, IYCS ini adalah acara yang top abiz, penggarapannya serius, pesertanya pilihan, benar-benar bukan festival remeh.

2. Kalau pemilihan tempat acara di Gedung Merdeka itu hanya menapaktilasi semangat KAA, maka akan lebih baik lagi kalau penyelenggaraannya di Gedung Sosietet. Gedung Sosietet adalah gedung yang digunakan oleh Soedirman & Tan Malaka untuk menyelenggarakan kongres 4 Januari 1946 yang diikuti oleh 141 perwakilan delegasi pemuda dari seluruh Indonesia. Dan momentum ini adalah moment gebrakan sosial pertama pasca pembacaan proklamasi, artinya baru pernah ada kumpulan anak muda segumregah ini ya di acaranya Soedirman Tan Malaka ini. Dan Gedung Sosietet itu adanya di Purwokerto (sekarang gedung RRI), karena arti pentingnya kongres 4 januari 1946 terhadap inisiatif persatuan Indonesia Merdeka inilah beberapa tokoh menjuluki Purwokerto sebagai ibu Kandung lahirnya NKRI.

Jam 4 sore acara selesai, Sigit teman sekamarku dan beberapa peserta sudah mulai pada pulang. Padahal masih ada satu acara lagi, yakni jamuan makan malam dari Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate.

Selepas mandi-mandi dan maghriban, kita diluncurkan ke Gedung Sate. Makan malam dah disana....asyeek... ini kali pertama aku masuk ke Gedung yang menjadi icon kota Bandung ini. Mumpung di sini, naluri kenakalanku & Hilmy muncul deh. Pertamanya cuma mengendus-endus ke lantai bawah, wah, banyak koleksi lukisan dan poster-poster Pemda disini. Sementara yang lain masih asyik makan dan mendengarkan suguhan musik khas Sunda, kita melanjutkan penjelajahan ke lantai atas, belum puas, naik ke lantai atasnya lagi, sampai akhirnya kita sampai di lantai teratas, wah ada semacam museum kecil disini berisi all about Jawa Barat. Dan, ada tangga ke loteng. Dengan mengendap-endap, kita naiki deh tangga itu, wah ternyata betul, di atas masih ada satu ruangan kaca lagi, ada teropongnya juga, dan dari loteng gedung sate itu, Bandung malam hari kerlap-kerlip nampak indah sekali. Diantara semua peserta yang ikut makan malam waktu itu, sepertinya cuma kita berdua yang sampai ke lantai atas, malah sampai ke loteng. Hehe...

Acara ditutup dengan perform Tari Jaipong, tarian khas Jawa Barat, juga ada penampilan tarian yang dibawakan oleh peserta, Agus dari NTB dengan tari khas Lombok nya dan Deni dari Padang dengan tari piringnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar